Kosa-kata Bahasa Jepang
- Aikido: 合気道, jenis bela diri mirip judo
- Anime: アニメ dengarkan (bantuan·info), film atau gambar animasi (berasal dari kata bahasa Inggris "animation")
- Bakero (dari kata: bakayarō (ばかやろう atau 馬鹿野郎?), diucapkan sambil berteriak terdengar bakéro, bodoh, goblok (kata makian untuk memaki orang)[1]
- Bonsai: 盆栽 dengarkan (bantuan·info), tumbuhan perdu mini dalam pot rendah
- Budanco: komandan regu
- Busido atau bushido: jalan ksatria, kode etik samurai[1]
- Cudanco: kapten (komandan kompi)
- Dan (段): tingkatan dalam olahraga Jepang (karate, judo, dll.)
- Dakocan: boneka plastik berwarna hitam[2]
- Danco: komandan satuan (PETA)
- Dojo: aula latihan[2]
- Ebi: udang kering (J: udang)
- Geisha: wanita seniman-penghibur tradisional (penyanyi/penari)
terdiri dari
3 baris dengan pola 5, 7, 5
- Harakiri: bunuh diri demi kehormatan
- Heiho: tentara cadangan
- Hiragana: suatu cara penulisan bahasa Jepang, satu aksara untuk satu sukukata
- Hokokai: nama organisasi pengerahan massa yang dibentuk Jepang di Jawa. Nama lengkapnya Jawa Hokokai. Juga digunakan sebagai nama pola batik.[3]
- Ikebana: 生花, seni menata bunga
- Jibaku (自爆): menyerang musuh dengan jalan menubrukkan diri yang sudah dipersenjatai dengan bom, berani mati
- Judo (柔道): olahraga bela diri
- Jugun ianfu: wanita penghibur tentara semasa pendudukan Jepang (budak seks)[2]
- Jujutsu: olahraga bela diri
Kabuki: bentuk teater tradisional Jepang
- Kamikaze: pasukan bunuh diri dengan pesawat terbang
- Kanji: huruf Jepang yang berasal dari Tiongkok
- Karaoke: dengarkan (bantuan·info), karaoke
- Karate: olahraga bela diri (tangan kosong atau tanpa senjata)
- Kata: gerak dalam karate, judo, aikido, dll.
- Katakana: huruf Jepang untuk menuliskan kata serapan dari bahasa asing
- Keibodan: asisten polisi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, angkatan polisi tambahan, pertahanan sipil
- Kempeitai atau Kenpei: polisi militer Jepang masa Perang Dunia II di Indonesia
- Kendo: olahraga anggar dengan pedang bambu
- Kempo: olahraga bela diri
- Kimono: pakaian tradisional laki-laki dan perempuan Jepang
- Koi: ikan[2]
- Manga: komik
- Moci: penganan dari beras ketan
- Mirin: minuman beralkohol berwarna kuning, berasa manis untuk memasak
- Origami: 折り紙, seni melipat kertas
- Romaji: bahasa Jepang dalam huruf Latin
- Romusa, romusha: pekerja paksa di Indonesia zaman pendudukan Jepang (rōmusha: pekerja)
- Sakura: bunga pink
- Sake: arak beras
- Samurai: ksatria feodal Jepang
- Sashimi: makanan laut Jepang
- Seinendan: barisan pemuda
- Shinto: agama asli Jepang
- Sukiyaki: makanan Jepang
- Sushi: makanan Jepang
- Sumo: 相撲, gulat Jepang
- Syodanco: letnan (komandan peleton)
- Taiso (dari kata taisō (体操?): gimnastik, gerak badan, senam pagi Jepang[1]
- Tatami: alas lantai dengan ukuran panjang dan lebar tertentu[1]
- Tempura: udang goreng tepung khas Jepang
- Teriyaki: 照り焼き, semacam makanan Jepang yang dipanggang
- Tsunami: 津波, gelombang laut yang besar (biasanya timbul akibat adanya gempa kuat di dasar laut)
- Udon - mi tebal dari tepung terigu.
- Wasabi - sejenis bumbu makanan Jepang.
- Zen: sebuah aliran dalam agama Buddha Mahāyāna yang berkembang di Jepang. Dari bahasa Sanskerta dhyāna, yang masuk lewat bahasa Tionghoa, chan.
B. Sejarah
Pengkajian Bahasa Indonesia
Bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan konvensional yang digunakan
oleh manusia dalam berkomunikasi. Pengertian bahasa tersebut, sepertinya sudah
menunjukan ciri-ciri bahasa yang bersifat Universal. Pengelompokan bahasa
secara Universal dimaksudkan pada sebuah ciri umum, bahwa bahasa digunakan oleh
manusia dalam setiap aktivitas dan segala aspek kehidupan. Oleh karena bahasa
digunakan oleh manusia, sehingga munculah berbagai macam para ahli untuk
mengkaji berbagai bahasa.
Sebelum abad ke-19 pengkajian bahasa hanya dilakukan dalam studi filsafat, hal ini dilakukan karena bahasa sebelumnya diposisikan sebagai objek filsafat. Sekalipun Zaman renaisance berkembang di Eropa pada abad ke-16 dengan munculnya tokoh bernama Descartes (Saya selalu teringat, Cogitu Ergu Sum, aku berpikir maka itu aku ada), bahasa tetap dijadikan sebagai objek filsafat, itu berarti ada kurun waktu yang cukup lama antara pengkajian bahasa yang ada sejak Zaman Yunani sampai zaman Renaissance. Hingga akhirnya munculah seorang tokoh bahasa bernama Ferdinan De Sausure, ia merupakan bapak inguistik yang mengkajia bahasa secra modern, ia memposisikan bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai objek pengetahuan. Jos Daniel Parera (Kajian Linguistik umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural, hal 4) menyebutkan, seandainya kita hendak mempelajari sesuatu, entah itu ilmu. Maka kita akan dihadapkan pada tiga pertanyaan besar, pertama ialah apakah objek itu, kedua bagaimanakah kita mempelajari objek itu, dan yang ketiga apa manfaat studi itu.
Nah, itulah yang membedakan pengkajian bahasa secara device origin dan pengkajian bahasa secara modern oleh Ferdinan de Sausure. Perngkajian bahasa oleh Saussure merupakan sebuah revolusi besar terhadap pengkajian bahasa, setelah sekian lama bahasa hanya bagian dari ilmu filsafat, kini bahasa dikaji dan dipelajari oleh suatu studi ilmu bernama Linguistik.
Linguistik adalah suatu studi ilmu yang mempelajari bahasa. Penyebutan linguistik sebagai suatu studi ilmu, bukan hanya soal penyebutan secara spontan, tetapi ada semacam pertanggungjawaban. Pertama sebuah sebuah studi harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, kedua sebuah studi ilmu harus mempunya nilai ekonomis dan manfaat dan yang ketiga sebuah studi harus objektif atau tidak memihak.
Pengkajian bahasa tersebut, jika dikelompokan akan terbentuk tiga zaman yang mengkaji bahasa, pengelompokan zaman tersebut meruapakan usaha manusia dalam mempelajari bahasa.
Sebelum abad ke-19 pengkajian bahasa hanya dilakukan dalam studi filsafat, hal ini dilakukan karena bahasa sebelumnya diposisikan sebagai objek filsafat. Sekalipun Zaman renaisance berkembang di Eropa pada abad ke-16 dengan munculnya tokoh bernama Descartes (Saya selalu teringat, Cogitu Ergu Sum, aku berpikir maka itu aku ada), bahasa tetap dijadikan sebagai objek filsafat, itu berarti ada kurun waktu yang cukup lama antara pengkajian bahasa yang ada sejak Zaman Yunani sampai zaman Renaissance. Hingga akhirnya munculah seorang tokoh bahasa bernama Ferdinan De Sausure, ia merupakan bapak inguistik yang mengkajia bahasa secra modern, ia memposisikan bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai objek pengetahuan. Jos Daniel Parera (Kajian Linguistik umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural, hal 4) menyebutkan, seandainya kita hendak mempelajari sesuatu, entah itu ilmu. Maka kita akan dihadapkan pada tiga pertanyaan besar, pertama ialah apakah objek itu, kedua bagaimanakah kita mempelajari objek itu, dan yang ketiga apa manfaat studi itu.
Nah, itulah yang membedakan pengkajian bahasa secara device origin dan pengkajian bahasa secara modern oleh Ferdinan de Sausure. Perngkajian bahasa oleh Saussure merupakan sebuah revolusi besar terhadap pengkajian bahasa, setelah sekian lama bahasa hanya bagian dari ilmu filsafat, kini bahasa dikaji dan dipelajari oleh suatu studi ilmu bernama Linguistik.
Linguistik adalah suatu studi ilmu yang mempelajari bahasa. Penyebutan linguistik sebagai suatu studi ilmu, bukan hanya soal penyebutan secara spontan, tetapi ada semacam pertanggungjawaban. Pertama sebuah sebuah studi harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, kedua sebuah studi ilmu harus mempunya nilai ekonomis dan manfaat dan yang ketiga sebuah studi harus objektif atau tidak memihak.
Pengkajian bahasa tersebut, jika dikelompokan akan terbentuk tiga zaman yang mengkaji bahasa, pengelompokan zaman tersebut meruapakan usaha manusia dalam mempelajari bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar