Senin, 08 April 2013

Sejarah Pengkajian Bahasa Indonesia



Tugas Individu
SEJARAH PENGKAJIAN BAHASA INDONESIA
“Pengaruh bahasa sansekerta terhadap bahasa indonesia”

‘’’'




OLEH:
NAMA             : Nurfadillah Yani
NIM                : F11112004

JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013




Pengaruh Bahasa Sansekerta terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: "Sansekerta") adalah salah satu bahasa Indo-Eropa paling tua yang masih dikenal dan sejarahnya termasuk yang terpanjang. Bahasa yang bisa menandingi 'usia' bahasa ini dari rumpun bahasa Indo-Eropa hanya bahasa Het. Kata Sanskerta, dalam bahasa Sanskerta Sasktabhāsa artinya adalah bahasa yang sempurna. Maksudnya, lawan dari bahasa Prakerta, atau bahasa rakyat. Bahasa Sanskerta merupakan sebuah bahasa klasik India, sebuah bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddhisme, dan Jainisme dan salah satu dari 23 bahasa resmi India. Bahasa ini juga memiliki status yang sama di Nepal.Posisinya dalam kebudayaan Asia Selatan dan Asia Tenggara mirip dengan posisi bahasa  Latin dan Yunani di Eropa. Bahasa Sanskerta berkembang menjadi banyak bahasa-bahasa modern di anakbenua India. Bahasa ini muncul dalam bentuk pra-klasik sebagai bahasa Weda. Yang terkandung dalam kitab Rgweda merupakan fase yang tertua dan paling arkhais. Teks ini ditarikhkan berasal dari kurang lebih 1700 SM dan bahasa Sanskerta Weda adalah bahasa Indo-Arya yang paling tua ditemui dan salah satu anggota rumpun bahasa Indo-Eropa yang tertua.
Khazanah sastra Sanskerta mencakup puisi yang memiliki sebuah tradisi yang kaya, drama dan juga teks-teks ilmiah, teknis, falsafi, dan agamis. Saat ini bahasa Sanskerta masih tetap dipakai secara luas sebagai sebuah bahasa seremonial pada upacara-upacara Hindu dalam bentuk stotra danmantra. Bahasa Sanskerta yang diucapkan masih dipakai pada beberapa lembaga tradisional di India dan bahkan ada beberapa usaha untuk menghidupkan kembali bahasa Sanskerta.
Kata sifat saskta- berarti "berbudaya". Bahasa yang dirujuk sebagai sasktā vāk "bahasa yang berbudaya" secara definisi sudah selalu merupakan bahasa yang "tinggi", dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah serta bertentangan dengan bahasa yang dipakai oleh rakyat jelata. Bahasa ini juga disebut deva-bhāā yang artinya adalah "bahasa Dewata". Tata bahasa Sanskerta tertua yang masih lestari ialah karangan ini dan berjudulkan Aṣṭādhyāyī("Tata Bahasa Delapan Bab") yang kurang lebih ditarikh berasal dari abad ke-5 SM. Tata bahasa ini terutama merupakan tata bahasa normatif atau preskriptif yang terutama mengatur cara pemakaian yang baku dan bukan deskriptif, meski tata bahasa ini juga memuat bagian-bagian deskriptif terutama mengenai bentuk-bentuk Weda yang sudah tidak dipakai lagi pada zaman Panini.
Bahasa Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini bagian dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga mencakup cabang Balto-Slavik.
Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya, namun terutama sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara. Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan bahasa ini terutama diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti ini. Bahasa Sanskerta sebagai bahasa terpelajar di India berada di samping bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa rakyat dan akhirnya berkembang menjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya). Kebanyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan bagian rumpun bahasa yang berbeda, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, terutama dalam bentuk kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah kata pungut yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sanskerta pada bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama ("sama") dan Tat Bhava ("berakar"). Sementara itu bahasa Sanskerta sendiri juga mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak masa sangat awal.
Perkembangan bahasa Indonesia tidak lepas dari pengaruh bahasa sansekerta  yang sangat lekat dengan sejarah bangsa indonesia. Bahasa sansekerta sendiri mulai dikenal sejak zaman peradaban hindu dan budha masuk ke wilayah ini berabad-abad lamanya dan berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi pada kebudayaan india. Hal ini menjadikan bahasa sansekerta menjadi bahasa pertama yang memberikan pengaruh terhadap bahasa-bahasa di nusantara. Bahasa sansekerta sendiri merupakan bahasa yang tinggi yang dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah serta bertentangan dengan bahasa yang dipakai oleh rakyat jelata. Itulah sebabnya di India, pemahaman terhadap bahasa ini sebagai penanda kelas sosial karena hanya diajarkan pada mereka yang berasal dari kasta- kasta tinggi. Bahasa ini sebenarnya merupakan bahasa  rumpun dari bahasa Indo- Eropa paling tua. Disebut sebagai bahasa klasik India.
Bahasa sansekerta masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya  agama dan kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para pendetadari India dan daerah disekitarnya pada abad ke-5 M. Lamanya kebudayaan dan agama Hindu serta bahasa Sansekerta di Indonesia tentunya banyak kata bahasa ini yang diserap untuk memperkaya pembendaharaan bahasa Indonesia . kata- kata tersebut umumnya berkaitan dengan agama, budaya, nama-nama yang bersifat monumental, semboyan atau ajaran. Terdapat sekitar 800 kata dalam bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Sansekerta, baik diserap langsung dari bahasa aslinya ataupun dari bahasa Jawa atau bahasa Jawa Kuno. Beberapa contoh kata dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam bahasa sehari- hari antara lain  asmara (smara),  biaya (vyaya) beda (bheda) atau baca (vaca).






















Daftar Pustaka
http://www.anneahira.com/bahasa-sansekerta.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sanskerta

Teori Sastra



Pendekatan Strukturalisme
Rene wellek & Austin warren
 








Oleh :
Nurfadillah Yani
F11112004

JURUSAN SASTRA INDONESIA
MAKASSAR
2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang pendekatan strukturalisme dari Rene Wellek dan Austin Warren.
Alhamdulillah, selama penyusunan makalah ini, penulis tidak begitu merasakan kesulitan khususnya untuk mencari referensi dari makalah ini sangat mudah.
 Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran  maupun kritik dari semua pihak agar ke depannya  dapat menghasilkan karya-karya yang jauh lebih baik.
Akhir kata, penulis mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
     
        Makassar, Desember  2012

Penulis                    







PEMBAHASAN
v  Studi Sastra dengan Pendekatan Ekstrinsik

Yang paling banyak dibahas dalam studi sastra adalah latar (setting), lingkungan (environment) dan hal-hal yang bersifat eksternal. Metode ekstrinsik ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama. Tetapi juga dapat di terapkan pada kesusastraan modern. Jadi istilah “historis” tidak mengacu pada sastra lama tetapi berkaitan dengan perubahan waktu – suatu permasalahan sejarah. Kadang – kadang ekstrinsik hanya mengaitkan sastra dengan konteks sosialnya atau dengan perkembangan sebelumnya saja.Tetapi kadang-kadang sasarannya lebih jauh , melacak sebab musabab pertumbuhan sastra, dari segi asal usulnya saja. Meskipun demikian studi sebab-akibat tidak dapat menggantikan telaah, kritik dan penilaian terhadap karya sastra. Antara sebab dan akibat sukar di tarik garis lurus :  hasil konkret dari sebab-sebab ekstrinsik ini – yakni karya seni – selalu bersifat tak terduga.
Faktor-faktor sejarah dan lingkungan memang bisa dianggap ikut membentuk karya sastra. Tetapi permasalahan yang nyata baru terlihat  kalau kita menilai, membandingkan , dan memilah-milah setiap faktor yang di duga menentukan karya seni.
Sejauh mana faktor –faktor luar dianggap menentukan produksi sastra sastra dan sejauh mana metode ekstrinsik dianggap mampu mengukur pengaruh luar tersebut, tergantung dari pendekatan yang di pakai. Di antara sekian macam pendekatan ekstrinsik, metode terbaik adalah yang mengaitkan karya sastra dengan latar belakang keseluruhan. Selanjutnya kita perlu menimbang-nimbang faktor-faktor mana yang paling penting, lalu mencari kaitan metode-metode yang ada dengan studi ergosentrik, yakni studi yang terpusat pada karya sastra itu sendiri.

·         Sastra Dan Biografi

.biogrfi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya sastra,biogrfi dapay jg dianggap sebagai studi yang sistematis tentang fsikologi pengarang dan proses kreatif,biogrfi jg bias berbentuk fakta biasa,hubungan karya dan hidup pengarang tdk dapat dijelaskan dengan pertalian sebab-akibat yang sederhana,biografi memiliki kerangka yang dapat membantu kita mempelajari masalah pertumbuhan,kedewasaan,dan merosotnya kreativitas pengarang.

·         Sastra dan Psikologi.

psikologi pengarang dan proses kreatif sering dipakai dalam mempelajari sastra,tetapi sebaiknya  asal-usul dan proses penciptaan sastra tdk dijadikan pegangan untuk memberikan penilaian.psikologi dapat menjelaskan proses kreatif,meseperti metode pengarang  banyak diperhatikan dalam fsikologi.juga kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya.proses kreatif meliputi seluruh tahapan,mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang,proses kreativ didasari dari inspirasi dan frase.

·         Sastra dan Masyarakat.

Sastra adalah institusi social yang memakai medium bahasa,sastra menyajikan kehidupan,kehidupan sebagian besar terdri dari kenyataan social.sastra mempunyai fungsi social atau mamfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi,tetapi penelitian yang menyangkut sastra dan masyarakat biasanya terlalu sempit dan menyentuh permasalahan dari luar sastra.sastra dikaitkan dengan situasi tertentu,,atau dengan system politik,ekonomi,dan social tertentu. Hubungan sastra dengan bahasa biasanya bertolak dari frase DE BONALD bahwa sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat.kita mempunyai batasan sastra dan batasan masyarakat yang luas,kita perlu mengacu bukan pada pengalaman sejumlah ahli seni saja,melainkan pada pengalaman seluruh ummat manusia.pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra sebagai dokumen social,sebagai potret kenyataan social ini adalah pendekatan sistemtis yang paling tua.

·         Sastra dan Pemikiran.

sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat,atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus.jadi sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat.pada kesusastraahn lain, studi pengaruh pemikiran pada karya satra mungkin lekata labih kaya lagi.interpretasi terhadaf teologi dante tak terhitung jumlahnya.Rudolf Ungel ( dengan memakai pemikiran-pemikiran dilthey)ia menyatakan bahawa sastra bukanlah filsafat yang diterjemahkan dalam bentuk pencitraan dan sajak,melainkan expresi suatu sikap yang umum terhadaf kehidupan.permasalahan  masuknya pemikiran dalam kesusast –traan baru muncul klw pemikiran mulai diwujudkan dalam tekstur karya sastra.


v  Studi sastra dengan Pendekatan Intrinsik
Penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis karya sastra adanya karya sastra itu sendiri. Sebab bagaimananapun juga, kita tertarik untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra, karena adanya karya sastra. Tapi anehnya, sejarah sastra lebih banyak berurusan dengan latar belakang . dibandingkan dengan penelitian- penelitian tentang latar belakang, analisis mengenai karya sastra sangat sedikit.
·         Sastra Dan Seni
Hubungan sastra dengan seni rupa dan seni music sangat beragam dan rumit.penyair pasti mempunyai teori dan selera tersendiri mengenai lukisan dan pelukisan , muncul pula sekelompok ilmuwan sejarah seni ( Erwin Panofsky , Fritz Saxl, dan lain-lain) yang mempelajari makna simbolik dan konseptual karya seni ( iconology) ,dan mereka juga sering mempelajari kaitan seni dan sastra .Karya sastra sering menghasilkan efek yang sama dengan efek sebuah lukisan atau menghasilkan efek musical.Ada kalanya puisi menjadi “mirip pantun “, istilah “mirip pantun “ (sculpturesque ) hanya berfungsi sebagai metaphor  yang kabur jika ditetapkan pada puisi, misalnya puisi  Landor atau Gautier atau Heredia. Maksud istilah tadi : puisi itu menyampaikan kesan yang sama dengan kesan yang ditampilkan sebuah puisi Yunani. Kesejajaran sastra dan seni sering membuat orang merasa bahwa lukisan dan puisi tertentu menghasilkan suasana hati (mood)yang sama .Salah satu pendekatan lain adalah dengan mencari maksud dan teori seniman penciptanya. Pasti kita dapat menunjukkan kesamaan teori dan formula di balik dua klasik atau romantic , pendekatan yang lebih bermanfaat dari pendekatan melalui maksud pengarang adalah perbandingan karya seni berdasarkan latar social dan budaya yang sama.Pendekatan utama  untuk membandingkan beberapa cabang seni adalah analisis objek seni yang kongkret.
·         Modus keberadaan karya sastra
            Sastra bertujuan untuk meningkat pemahaman dan aspirasi terhadap teks.Tulisan-tulisan I.A. Richards dalam bukunya Practical Criticism menunjukkan betapa banyak yang dapat dilakukakan melalui analisis kebiasaan membaca, dan bagaimana pengajar  yang baik dapat memanfatkan pendekatan-pendekatan yang salah .karya sastra adalah jumlah keseluruhan pengalaman masa lampau dan pengalaman yang munkin terjadi .puisi hanya merupakan suatu penyebab potensial dari pengalaman . Batasan  yang dikaitkan dengan alam pikiran cenderung gagal karena tidak memperhitungkan .ciri-ciri normative puisi dann kemungkinan salah interpretasi. Suatu peristiwa dalam karya sastra disampaikan sebagai sesuatu yang “ dilihat “ atau “didengar”: misalnya hempasan pintu.Seseorang tokoh dalam novel dapat dilihat melalui sifat-sifat “ luar” dan  “dalam “. Akhirnya, Ingarden menyebut statum “kualitas metafisik” (sifat sublime, tragis , mengerikan, dan suci), yang disampaikan oleh karya sastra sebagai bahan perenungan.  Ahli linguistik modern sudah menganalisis bunyi potensial yang disebut fonem.untuk memecahkan masalah ini dengan baik, kita harus menyelesaikan kontroversi antara nominalisme, dan realisme, mentalisme, dan aliran behaviourisme.karya sastra bukan kenyataan empiris dalam artian: ada dalam pikiran orang tertentu atau kelompok orang tertentu atau kelompok orang tertentu. Sebaiknya, karya sastra juga bukan objek ideal yang tidak dapat menjadi objek pengalaman, tetapi tidak sama dengan pengalaman. Karya sastra berbeda dengan objek ideal seperti angka, karena karya sastra hanya dapat dijangkau melalui bagian-bagian empirisnya (bagian fisik atau bagian fisik potensial ) dari struktur, dari system bunyinya sedangkan segi tiga angka dapat dipahami  secara langsung.
·         Efoni, Irama, Dan  Mantra
            Karya sastra adalah urutan bunyi yang menghasilkan makna ,  ilmu irama dan mantra tidak dapat mengandalkan pembacaan puisi . Ada dua macam unsur bunyi , yaitu unsur bunyi yang melekat dan terkait. Unsur bunyi yang melekat misalnya: kekhasan bunyi a, atau o, atau I dan p, terlepas dari kuantitasnya. Kualitas yang melekat ini merupakan dasar untuk efek musical atau efoni, sedangkan unsure  bunyi yang terikat yang merupakan dasar irama dan mantra adalah titi nada, lama bunyi, tekanan, dan pengulangan.secara estesis adalah fungsi  mantra yang menandai berhentinya setiap baris puisi.
·         Gaya Dan Stilistika
Karya satra hanyalah seleksi dari beberapa bagian dari suatu bahasa tertentu . F.W. bateson mengemukakan bahwa sastra adalah bagian dari sejarah umum bahasa dan sangat tergantung padanya. Dalam tesisnya dia berkata : pengaruh zaman pada sebuah puisi tidak dapat dilihat dari penyairnya, tapi dari bahasa yang dipakainya. Sitilisika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistic yang kuat, karena salah satu perhatian utamanya adalah kontras system bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya , manfaat stilistika yang sepenuhnya bersifat estetis .
·         Citra, Metafora, Simbol, Dan Mitos
            Pencitraan adalah topic yang termasuk dalam bidang psikologi dan studi sastra. Dalam psikologi, kata “citra” berarti reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang berarti reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat indriawi dan berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual.
·         Sifat Dan Ragam Fiksi Naratif
            Teori dan kritik sastra yang membahas novel jauh lebih sedikit dan lebih rendah mutunya dibandingkan dengan teori dan kritik puisi. Puisi adalah bentuk sastra yang paling awal , sedangkan prosa baru muncul kemudian. Karya sastra adalah suatu seleksi kehidupan yang direncanakan dengan tujuan tertentu. Novel berkembang dari dokumen-dokumen .Secara stilistika, novel  menemukan pentingnya detil , dan bersifat “mimesis”  dalam arti yang sempit . Sedangkan romansa merupakan kelanjutan dari epic dan romansa abad pertengahan.
            Struktur naratif sebuah drama,  dongeng atau novel secara tradisional disebut alur ( plot) , alur ( atau struktur naratif ) itu sendiri terbentuk atas sejumlah struktur naratif yang lebih Kecil .
·         Genre Sastra
            Teori genre adalah suatu prinsip keteraturan : sastra dan sejarah sastra  diklasifikasi tidakk berdasarkan  waktu atau tempat.Genre harus diluhat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara teoritis didasarkan pada bentuk luar dan bentuk dalam .kita sekarang sadar pada perubahan gaya sastra yang saangat cepat ada generasi  sastra baru pada setiap  sepuluh tahun , bukan lima puluh tahun lagi . Dalam puisi Amerika , ada zaman vers libre, zaman eliot, dan zaman Auden.
·         Penilaian
            Konsep tentang kemurnian adalah salah satu unsure analisis. Yang menentukan suatu karya sastra atau bukan sastra , bukanlah unsur-unsurnya, tetapi bagaimana  unsur-unsur  itu disatukan dalam fungsi.karya sastra adalah sebuah objek estetis,yang membangkitkan pengamatan estetis. Perbedaan yang dilihat adalah antara penilaian yang terbuka dan penilaian tersirat istilah ini tidak boleh disalahartikan sebagai penilaian sadar dan tidak sadar.
·         Sejarah Sastra
Kebanyakan sejarah sastra adalah sejarah sosial atau sejarah pemikiran dengan mengambil contoh karya sastra,atau impresi dan penilaian atas beberapa karya sastra yang diatur kurang lebih secara kronologis. sebuah karya sastra tidak akan bersifat tetap sepanjang sejarah. Memang ada suatu identitas mendasar dari strukturnya yang tetap sama sepanjang zaman. Tetapi struktur iuni bersifat dinamis. Struktur itu berubah sepanjang sejara ketika melalui fikiran pembaca, kritikus, dan sesama seniman.








Daftar Pustaka
Wellek Rene dan Austin Warren 1989, Teori kesusastraan, PT.Gramedia Jakarta